Selain dari hukum akal, wajib bagi kita mengetahui ilmu syara’ atau hukum syari’ie, yakni hukum fiqih.

Erti hukum syar’ie ialah hukum- hukum agama Islam yang merupakan perintah Allah atau larangannya. Yang mana tiap-tiap orang Islam yang mukallaf, yakni yang sudah diberati hukum syara’ atau yang dikatakan akhil-baligh, artinya orang yang berakal sehat dan cukup dewasa, maka wajib atasnya mengetahui hukum tersebut.

Maka hukum itu terbahagi kepada dua:

a) Khitabut-taklif
b) Khitabul-wadh’i

kitabut-taklif ialah suatu hukum yang bergantung kepada sebab dan syarat atau maanii (cegahan).

Misalnya diwajibkan orang melakukan sembahyang lima waktu sebab ia sudah akhil baligh dan sudah masuk waktunya. Maka waktu itu adalah merupakan satu syarat dan sebab orang Islam wajib melakukan sembahyang. Jadi tidak wajib melakukan sembahyang ke atas anak kecil dan tidak wajib jika belum datang waktunya. Dan tidak wajib orang perempuan yang beragama Islam melakukan sembahyang kerana dia datang haid atau bersalin maka inilah yang dinamakan “maanii” menurut hukum syara’

Khitabul-wadh’i ialah suatu hukum, yang Tuhan letakkan dan tentukan pada tiap-tiap makluk, misalnya ilmu ikan hidup di dalam air dan manusia hidup di daratan.

Dan misalnya yang lain, kaum ibu Tuhan jadikan yang mengandung dan melahirkan. Demikian Tuhan letakkan dan tentukan pada diri kaum ibu sejak dahulu sampai sekarang.

Demikian Tuhan jadikan dan letakkan hukumnya pada tiap-tiap diri manusia. Besar dan kecil, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, manusia mempunyai lapar. Oleh demikian mereka berkehendakkan makanan.

Namun bagi bangsa malaikat Tuhan jadikan dan tentukan, hukumnya lain lagi. Mereka tidak ditaruh (diberikan) rasa lapar dan rasa haus. Oleh kerana itu mereka tidak berhajat akan makanan dan minum dan sebagainya. Demikianlah erti dan maksud yang dinamakan “Khitabul-Wadhi“
kumpulan artikel |
0 Responses

Catat Ulasan